Jangan Salah Memilih Teman

Oleh: Hasna Najiyyah

Saat ini kita sering mendengar kata toxic friendship, yaitu hubungan pertemanan tidak sehat, yang lebih sering membawa pengaruh buruk terhadap sesama temannya. Toxic friendship ini sangat mungkin terjadi dalam sebuah hubungan pertemanan yang hanya dilandasi oleh status sosial, harta, dan gengsi. Padahal teman yang seperti itu bisa berubah menjadi musuh bagi kita dikemudian hari. Sedangkan pertemanan yang dilandasi value, seperti nilai agama, maka teman tersebut besar kemungkinannya akan senantiasa mengajak kita pada kebaikan dan membantu kita dalam kesulitan.

Berikut ini ada dua kisah nyata yang memperlihatkan bahwa teman yang kita pilih akan berdampak bagi kehidupan kita.

Kisah pertama tentang seorang remaja laki-laki yang tertimpa musibah. Saat itu ia baru saja selesai mengikuti kegiatan kumpul KKN hingga larut malam. Saat perjalanan pulang ke tempat tinggalnya, karena mengantuk remaja tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas. Ia menabrak truk yang terparkir dipinggir jalan. Remaja laki-laki tersebut langsung dibantu oleh warga sekitar ke rumah sakit. Malam itu juga teman-teman organisasi remaja tersebut yang dikontak oleh warga yang menyelamatkannya langsung bergegas ke Rumah Sakit. Remaja laki-laki tersebut mengalami cedera berat dan harus segera dioperasi. Biaya operasinya pun tidak sedikit, boleh dibilang besar. Teman-teman organisasinya tanpa diminta mereka bergegas bergotong royong mencari donasi untuk biaya operasinya. Alhamdulillah dalam jangka waktu yang singkat biaya operasinya bisa tercukupi, dan remaja laki-laki tersebut dapat dioperasi dengan baik. Setelah itu, teman-temannya masih terus mendampinginya hingga ia pulih kembali.

Kisah kedua tentang seorang remaja laki-laki yang bergabung dalam sebuah geng di sekolahnya semata untuk mengangkat status sosial di kalangan teman-teman angkatannya. Sayangnya teman-teman yang bergabung dalam geng tersebut adalah mereka yang punya bargaining position di angkatannya tapi bukan yang berperilaku baik. Remaja laki-laki tersebut juga memiliki penyakit psikologis yaitu klepto, penyakit suka mengambil barang milik orang lain. Suatu hari, ketika remaja laki-laki tersebut ketahuan kembali mengambil barang temannya, geng yang selama ini menjadi teman nongkrongnya menghakimi remaja laki-laki tersebut secara fisik. Teman-teman Geng tersebut tidak menasehati secara baik-baik tapi langsung menggebuki temannya sendiri semalaman. Baru keesokan harinya si remaja laki-laki dibawa ke Rumah Sakit. Tapi sungguh malang, ia sudah tidak dapat tertolong, dan tak lama kemudian meninggal dunia. Padahal teman-teman gengnya tersebut dulunya adalah teman nongkrong bareng namun ternyata menjadi teman yang mencelakakan, bahkan tega menghilangkan nyawanya.

Dua cerita tersebut menjadi bukti kuat bahwa kita jangan sampai salah memilih teman. Teman dapat menjadi faktor protektif atau pelindung bagi kita namun bisa jadi pihak yang mencelakai kita. Pilihlah teman yang baik agamanya. Karena mereka yang baik agamanya akan menjadi faktor protektif yang melindungi kita dari melakukan keburukan dan tulus membantu kita ketika kita tertimpa musibah.

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.”
Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) dan al-Hakim (IV/171), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu